selamat datang di blok yang sederhana ini

selamat datang di blok yang sederhana ini_by rema_maznur@yahoo.com

saling berbagi

selamat datang !!
mogah anda senang melihat blok yang sederhana ini ?

rema_ jam

Jumat, 11 November 2011

tokoh dunia terkenal dengan sosial nya

 Tokoh Dunia
Universitas Pancasila.ac.id
DEC10
http://tokoh.univpancasila.ac.id/wp-content/uploads/2010/12/Prof.-Iwan-Jaya-Azis-SE-M.SC-Ph.D.bmp
Ahli Matematika Ekonomi & Regional
Guru Besar Cornell University, AS dan Fakultas Ekonomi Unversitas Indonesia (UI), ini seorang ahli matematika ekonomi dan ekonomi regional. Pria kelahiran Surabaya, 17 Februari 1953, ini lulusan (doktor) Cornell University, Ithaca, New York. Anak wartawan terkenal, Abdul Azis dan Toety Amisutin Agusdina, pemilik harian Surabaya Post, ini sejak kecil bercita-cita menjadi ekonom.
Pusat Data Tokoh Indonesia mencatat, Iwan menempuh pendidikan SD (1964), SMP (1967) dan SMA (1971) di kota kelahirannya Surabaya. Setamat SMA, Iwan masuk Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (UI). Pria yang luwes dan cepat bergaul, ini populer di antara para mahasiswi. Ia juga senang membantu teman dan aktif di berbagai kegiatan kampus, sehingga ia terpilih sebagai Mahasiswa Teladan.
Meraih gelar kesarjanaan S1 dari Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (FEUI) tahun 1978. Setahun kemudian mendapat kesempatan belajar di United Nation Center for Regional Development, UNCRD, Jepang. Kemudian, Iwan memperdalam ilmu di Cornell University, Ithaca, New York dan memperoleh gelar MSc (1982) dan Ph.D. pada tahun 1983. karirnya sebagai dosen diawali sebagai Asisten Pengajar (1976-1978). Kemudian menjabat Kepala Biro Kemahasiswaan (1978-1979), dan Dosen FE UI sejak 1979. Lalu menjabat Kepala Jurusan Studi Pembangunan FE UI (1984), Ketua Program Pascasarjana bidang Ekonomi UI (1984).
ia juga aktif sebagai Dosen Tamu pada Department of City & Regional Planning Cornell University, New York, AS (1982-1983). Asisten Muda LPEM UI (1976-1978). Junior Research Associate LPEM UI (1978-1983) dan Staf Pengajar Pusat Perencanaan Nasional LPEM UI (1978-1979). Research Associate LPEM UI (1983) dan pengajar Pusat Perencanaan Nasional LPEM UI (1984).
Sebelum menjadi Guru Besar Fakultas Ekonomi Unversitas Indonesia (UI), ia lebih dulu sebagai Guru Besar Madya Tetap FEUI dan menjadi Visiting Professor di Cornell University sejak 1994. Tahun 1986 pernah pula sebagai Visiting Professor di Institute for International Studies & Training, MITI, Jepang. Serta, sejak 1990 bertugas sebagai Forecaster pada LINK-World Economic Group.
Selain itu, suami dari Erina E.Azis dan dua orang anak (Mirko Jaya Azis dan Mariko Jana), ini juga aktif sebagai editor di sejumlah Jurnal Ilmiah antara lain Review of Urban and Regional Development Studies, Tokyo, Bulletin of Indonesian Economic Studies, Australian National University, dan Indonesian Economic Journal terbitan ISEI Pusat. Banyak karya tulisnya yang sudah dipunlikasi di dalam maupun di luar negeri. Selain itu, sejak 1984 Iwan juga aktif sebagai Manggala BP7, hingga lembaga ini dibubarkan.
Ketika Boediono sudah dipastikan terpilih menjadi Gubernur Bank Indonesia dan meninggalkan kursi Menko Perekonomian, nama Iwan Jaya Azis, sebagai seorang ahli keahlian Matematika Ekonomi, Operation Research, dan Ekonomi Perencanaan & Ekonomi Regional, yang kini juga mengajar di Cornell University (Professor and Director of Graduate Studies, Regional Science program Adjunct Professor, Johnson Graduate School of Management (JGSM), Cornell University), sempat dijagokan menggantikan Boediono.
http://www.univpancasila.ac.id
Menurut guru besar Cornell University, AS, ini dalam beberapa tahun terakhir, pemulihan ekonomi Indonesia terbilang sangat lamban. Ia menunjukkan indikasinya dari angka pertumbuhan yang relatif masih rendah. Meski dalam dua tahun terakhir tercatat angka pertumbuhan di atas 6%, secara rata-rata-setidaknya hingga 2006, produk domestik bruto (PDB) tumbuh tidak lebih dari 5%. Lambannya pemulihan ekonomi Indonesia pascakrisis juga tercermin pada kondisi sosial ekonomi masyarakat yang masih terbelit berbagai kesulitan. Dua hal yang paling tampak adalah tingginya angka kemiskinan dan pengangguran. Sejak 1999, jumlah orang miskin terus meningkat dari 35,1 juta menjadi 39,3 juta. Angka itu diperkirakan bertambah menjadi 43 juta orang pada 2009 sebagai dampak krisis global yang juga menerpa Indonesia.
Sumber; http://www.tokohindonesia.com
Ahli Matematika Ekonomi & RegionalGuru Besar Cornell University, AS dan Fakultas Ekonomi Unversitas Indonesia (UI), ini seorang ahli matematika ekonomi dan ekonomi regional. Pria kelahiran Surabaya, 17 Februari 1953, ini lulusan (doktor) Cornell University, Ithaca, New York. Anak wartawan terkenal, Abdul Azis dan Toety Amisutin Agusdina, pemilik harian Surabaya Post, ini sejak kecil bercita-cita menjadi ekonom.Pusat Data Tokoh Indonesia mencatat, Iwan menempuh pendidikan SD (1964), SMP (1967) dan SMA (1971) di kota kelahirannya Surabaya. Setamat SMA, Iwan masuk Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (UI). Pria yang luwes dan cepat bergaul, ini populer di antara para mahasiswi. Ia juga senang membantu teman dan aktif di berbagai kegiatan kampus, sehingga ia terpilih sebagai Mahasiswa Teladan.Meraih gelar kesarjanaan S1 dari Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (FEUI) tahun 1978. Setahun kemudian mendapat kesempatan belajar di United Nation Center for Regional Development, UNCRD, Jepang. Kemudian, Iwan memperdalam ilmu di Cornell University, Ithaca, New York dan memperoleh gelar MSc (1982) dan Ph.D. pada tahun 1983. karirnya sebagai dosen diawali sebagai Asisten Pengajar (1976-1978). Kemudian menjabat Kepala Biro Kemahasiswaan (1978-1979), dan Dosen FE UI sejak 1979. Lalu menjabat Kepala Jurusan Studi Pembangunan FE UI (1984), Ketua Program Pascasarjana bidang Ekonomi UI (1984).ia juga aktif sebagai Dosen Tamu pada Department of City & Regional Planning Cornell University, New York, AS (1982-1983). Asisten Muda LPEM UI (1976-1978). Junior Research Associate LPEM UI (1978-1983) dan Staf Pengajar Pusat Perencanaan Nasional LPEM UI (1978-1979). Research Associate LPEM UI (1983) dan pengajar Pusat Perencanaan Nasional LPEM UI (1984).Sebelum menjadi Guru Besar Fakultas Ekonomi Unversitas Indonesia (UI), ia lebih dulu sebagai Guru Besar Madya Tetap FEUI dan menjadi Visiting Professor di Cornell University sejak 1994. Tahun 1986 pernah pula sebagai Visiting Professor di Institute for International Studies & Training, MITI, Jepang. Serta, sejak 1990 bertugas sebagai Forecaster pada LINK-World Economic Group.Selain itu, suami dari Erina E.Azis dan dua orang anak (Mirko Jaya Azis dan Mariko Jana), ini juga aktif sebagai editor di sejumlah Jurnal Ilmiah antara lain Review of Urban and Regional Development Studies, Tokyo, Bulletin of Indonesian Economic Studies, Australian National University, dan Indonesian Economic Journal terbitan ISEI Pusat. Banyak karya tulisnya yang sudah dipunlikasi di dalam maupun di luar negeri. Selain itu, sejak 1984 Iwan juga aktif sebagai Manggala BP7, hingga lembaga ini dibubarkan.Ketika Boediono sudah dipastikan terpilih menjadi Gubernur Bank Indonesia dan meninggalkan kursi Menko Perekonomian, nama Iwan Jaya Azis, sebagai seorang ahli keahlian Matematika Ekonomi, Operation Research, dan Ekonomi Perencanaan & Ekonomi Regional, yang kini juga mengajar di Cornell University (Professor and Director of Graduate Studies, Regional Science program Adjunct Professor, Johnson Graduate School of Management (JGSM), Cornell University), sempat dijagokan menggantikan Boediono.http://www.univpancasila.ac.idMenurut guru besar Cornell University, AS, ini dalam beberapa tahun terakhir, pemulihan ekonomi Indonesia terbilang sangat lamban. Ia menunjukkan indikasinya dari angka pertumbuhan yang relatif masih rendah. Meski dalam dua tahun terakhir tercatat angka pertumbuhan di atas 6%, secara rata-rata-setidaknya hingga 2006, produk domestik bruto (PDB) tumbuh tidak lebih dari 5%. Lambannya pemulihan ekonomi Indonesia pascakrisis juga tercermin pada kondisi sosial ekonomi masyarakat yang masih terbelit berbagai kesulitan. Dua hal yang paling tampak adalah tingginya angka kemiskinan dan pengangguran. Sejak 1999, jumlah orang miskin terus meningkat dari 35,1 juta menjadi 39,3 juta. Angka itu diperkirakan bertambah menjadi 43 juta orang pada 2009 sebagai dampak krisis global yang juga menerpa Indonesia.Sumber; http://www.tokohindonesia.com
JUL01
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiUY3kCjaOUsuamc2AI5KnSbeeRRhmUYQ9ztKvvofydwssz62hxnU1TEfHv1q1EKw6kDaEHlwQyyw8xED185Ebj1mLITUMJ6qxXt0Gv3uuIPAp8c-ycabwcDQfz6P5DYEmiJydfRO2U0v8K/s320/sm1gusdur2.jpgKyai Haji Abdurrahman Wahid, akrab dipanggil Gus Dur lahir di Jombang, Jawa Timur, 7 September 1940 dari pasangan Wahid Hasyim dan Solichah. Guru bangsa, reformis, cendekiawan, pemikir, dan pemimpin politik ini menggantikan BJ Habibie sebagai Presiden RI setelah dipilih MPR hasil Pemilu 1999. Dia menjabat Presiden RI dari 20 Oktober 1999 hingga Sidang Istimewa MPR 2001. Ia lahir dengan nama Abdurrahman Addakhil atau “Sang Penakluk”, dan kemudian lebih dikenal dengan panggilan Gus Dur. “Gus” adalah panggilan kehormatan khas pesantren kepada anak kiai.
Gus Dur adalah putra pertama dari enam bersaudara, dari keluarga yang sangat terhormat dalam komunitas muslim Jawa Timur. Kakek dari ayahnya, KH. Hasyim Asyari, adalah pendiri Nahdlatul Ulama (NU), sementara kakek dari pihak ibu, KH Bisri Syansuri, adalah pengajar pesantren.
Ayah Gus Dur, KH Wahid Hasyim, terlibat dalam Gerakan Nasionalis dan menjadi Menteri Agama pada 1949. Ibunya, Hj. Sholehah, adalah putri pendiri Pondok Pesantren Denanyar Jombang.
Setelah deklarasi kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945, Gus Dur kembali ke Jombang dan tetap berada di sana selama perang kemerdekaan Indonesia melawan Belanda. Read the rest of this entry »
JUL01
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgSqZr-cNI2yeDY0YSlk0VHadJtbZ-UUL8m0Ex_Af1nHWwl_o1uOxKMghfavPUGXvQcz-hZdj3UItqKn7IoaGZkYv1i7qfUbzU2hPQYWvIm515DTbMwy0Ys-ndabNOLt5NNdh1TZcZzcImV/s320/01_mendel_pu.jpgMendel dilahirkan tahun 1822 di kota Heinzendorf di daerah daulat kerajaan Austria yang kini masuk bagian wilayah Cekosiowakia. Tahun 1843 dia masuk biara Augustinian, di kota Brunn, Austria (kini bernama Brno, Ceko). Dia menjadi pendeta tahun 1847. Tahun 1850 dia ikut ujian peroleh ijasah guru, tetapi gagal dan dapat angka terburuk dalam biologi! Meski begitu, kepada pendeta di biaranya mengirim Mendel ke Universitas Wina, dari tahun 1851-1853 dia belajar matematika dan ilmu pengetahuan lainnya. Mendel tak pernah berhasil mengantongi ijasah guru resmi, tetapi dari tahun 1854-1868 dia menjadi guru cadangan ilmu alam di sekolah modern kota Brunn.
Sementara itu, mulai tahun 1856 dia memperlihatkan pengalaman-pengalamannya yang masyhur di bidang pembiakan tumbuh-tumbuhan. Menjelang tahun 1865 dia sudah menemukan hukum keturunannya yang kesohor dan mempersembahkan kertas kerjanya di depan perkumpulan peminat sejarah alam kota Brunn. Tahun 1866 hasil penyelidikannya diterbitkan oleh majalah Transactions milik perkumpulan itu di bawah judul “Experiments with Plant Hybrids.” Kertas kerja keduanya diterbitkan oleh majalah itu juga tiga tahun kemudian. Kendati majalah itu bukanlah majalah besar, tetapi banyak terdapat di pelbagai perpustakaan besar. Di samping itu Mendel mengirim satu salinan kepada Karl Nageli, seorang tokoh disegani di bidang ilmu keturunan. Nageli membaca salinan itu dan kirim balasan kepada Mendel tetapi dia tidak paham apa yang teramat penting dalam salinan kertas kerja Mendel itu. Sesudah itu umumnya kertas kerja Mendel diabaikan dan nyaris dilupakan orang hampir tiga puluh tahun lamanya.
Tahun 1866 Mendel naik pangkat ditunjuk jadi pendeta kepala di biaranya. Kesibukan administrasi rutin membuatnya kehabisan tempo melanjutkan penyelidikannya dalam bidang tanam-tanaman. Ketika dia meninggal tahun 1884 dalam usia enam puluh satu, penyelidikan briliannya nyaris dilupakan orang dan dia tak peroleh pengakuan apa pun untuk penyelidikan itu.
Jerih payah Mendel baru diketemukan kembali tahun 1900 oleh tiga ilmuwan dari tiga bangsa yang berbeda-beda: Hugo de Vries dari Negeri Belanda, Carl Correns dari Jerman dan Erich von Tschermak dari Austria. Mereka bekerja secara terpisah tatkala menemukan artikel Mendel. Masing-masing mereka sudah punya pengalaman sendiri di bidang botani. Masing-masing secara tersendiri menemukan hukum Mendel. Dan masing-masing (sebelum menerbitkan buku) secara seksama mempelajari hasil kerja Mendel dan masing-masing pula menjelaskan bahwa penyelidikannya memperkuat pendapat Mendel. Satu kebetulan segitiga yang aneh! Lebih dari itu, di tahun itu juga, William Bateson, ilmuwan berkebangsaan Inggris, menemukan pula kertas kerja Mendel yang asli dan segera mengedepankan kepada kalangan dunia ilmu. Di penghujung tahun itu Mendel dapat sambutan meriah dan penghargaan atas begitu hebat karya-karya yang dilakukannya selama masa hidupnya.
Bukti-bukti apakah perihal keturunan yang sudah ditemui Mendel? Pertama, Mendel mengetahui bahwa pada semua organisme hidup terdapat “unit dasar” yang kini disebut gene yang secara khusus diturunkan oleh orang tua kepada anak-anaknya. Dalam dunia tumbuh-tumbuhan yang diselidiki Mendel, tiap ciri pribadi, misalnya warna benih, bentuk daun, ditentukan oleh pasangan gene. Suatu tumbuhan mewariskan satu gene tiap pasang dari tiap “induk”-nya. Mendel menemukan, apabila dua gene mewariskan satu kualitas tertentu yang berbeda (misalnya, satu gene untuk benih hijau dan lain gene untuk benih kuning) akan menunjukkan dengan sendirinya dalam tumbuhan tertentu itu. Tetapi, gene yang berciri lemah tidaklah terhancurkan dan mungkin diteruskan kepada tumbuhan keturunannya. Mendel menyadari, tiap kegiatan sel atau gamete (serupa dengan sperma atau telur pada manusia) berisi cuma satu gene untuk satu pasang. Dia juga menegaskan, adalah sepenuhnya suatu kebetulan bilamana gene dari satu pasang terjadi pada satu gamete dan diteruskan kepada keturunan tertentu.
Hukum Mendel, meski sudah dilakukan perubahan kecil, tetap merupakan titik tolak dari ilmu genetika modern. Bagaimana Mendel selaku seorang amatir mampu menemukan prinsip yang begitu penting yang menyisihkan begitu banyak biolog profesional yang masyhur yang ada sebelumnya? Untungnya, dia memilih untuk bidang penyelidikannya jenis tumbuhan yang ciri-ciri khasnya ditentukan oleh seperangkat gene. Kalau saja ciri-ciri pokok yang diselidikinya masing-masing sudah ditentukan oleh pelbagai perangkat gene, penyelidikannya akan menghadapi kesulitan yang luar biasa. Tetapi, keberuntungan ini tidak akan menolong Mendel kalau saja dia tidak punya sifat kecermatan yang dahsyat dan kesabaran seorang pencoba, dan juga tidak akan menolongnya apabila dia tidak menyadari bahwa perlu membuat analisa statistik dari pengamatannya. Karena faktor contoh-contoh di atas, umumnya mungkin tidak bisa diduga jenis kualitas mana sesuatu keturunan akan mewariskan. Hanya lewat sejumlah besar percobaan (Mendel sudah mencatat hasil lebili dari 21.000 tumbuh-tumbuhan!), dan lewat analisa hasil-hasilnya, Mendel dapat menarik kesimpulan terhadap hukum-hukumnya.
Jelaslah, hukum keturunan merupakan penambah penting buat pengetahuan manusia, dan pengetahuan kita tentang genetika mungkin akan lebih dapat dipraktekkan di masa depan daripada sebelumnya. Ada pula faktor yang tak boleh diabaikan kalau kita memutuskan dimana Mendel mesti ditempatkan dalam urutan daftar buku ini. Karena penemuannya diremehkan di saat hidupnya, dan kesimpulan-kesimpulannya diketemukan oleh ilmuwan yang datang belakangan, penyelidikan Mendel dianggap tidak berdiri sendiri. Apabila alasan ini dipaksakan, orang bisa berkesimpulan bahwa Mendel mungkin bisa tersisihkan sepenuhnya dari daftar, seperti halnya Leif Ericson, Aristarchus, Ignaz Semmelweiss telah disisihkan guna memberikan tempat buat Colombus, Copernicus dan Joseph Lister.
Tetapi, ada beda antara kasus Mendel dengan lainnya. Pekerjaan Mendel terlupakan hanya sebentar, dan begitu diketemukan kembali, segera melangit. Lebih jauh dari itu, de Vries, Correns, dan Tschermak, meskipun mereka menemukan kembali prinsip-prinsipnya secara independen, toh dia baca karya Mendel dan mengutip hasil-hasilnya. Akhirnya, orang tidak bisa bilang karya Mendel tak berpengaruh kendati de Vries, Correns dan Tschermak tak pernah hidup di dunia. Artikel-artikel Mendel sudah tersebar luas riwayat-riwayatnya (oleh W.O. Focke) sekitar masalah keturunan. Tulisan itu cepat atau lambat sudah dapat dipastikan akan diketemukan juga oleh mahasiswa-mahasiswa yang serius di bidang itu. Juga layak dicatat, tak satu pun dari ketiga ilmuwan itu yang menuntut bahwa merekalah penemu ilmu genetika. Juga, secara umum dunia ilmu sudah menyebutnya sebagai “Hukum Mendel.”
Penemuan Mendel kelihatannya bisa dibandingkan dengan penemuan Harvey, baik dari segi orisinalnya maupun arti pentingnya tentang peredaran darah, dan dia sudah ditempatkan pada urutan yang sewajarnya.
Situs Web
JUL01
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhO59L5b3MDml6vVNBmGUuzQxwYs9rk19Yh2klFONbBzjoKTa7puE1J5i5Ydx1AwkX158sZDMYJzxxZncQnBPZ8omKk6tivV8ol6cipGWfTM99VMIq_9H5Ddy8WHiC7J-Y_bWvPXUj3q4pT/s320/Gutenberg.jpgJohann Gutenberg dianggap penemu mesin cetak. Apa yang sebetulnya dia lakukan adalah mengembangkan metode pertama penggunaan huruf cetak yang bergerak dan mesin cetak dalam bentuk begitu rupa sehingga pelbagai macam materi tulisan dapat dicetak dengan cepat dan tepat. Tak ada penemuan yang terlompat dari pemikiran seseorang, tidak juga mesin cetak. Segel dan bulatan segel yang pengerjaannya menganut prinsip serupa dengan cetak blok sudah dikenal di Cina berabad-abad sebelum Gutenberg lahir dan suatu bukti menunjukkan bahwa di tahun 868 M sebuah buku cetakan sudah ditemukan orang di Cina.
Proses serupa juga sudah dikenal orang di Eropa sebelum Gutenberg. Cetak blok memungkinkan pencetakan banyak eksemplar buku tertentu. Proses ini punya satu kelemahan: karena satu set baru serta komplit dari cukilan kayu atau logam harus dibuat untuk sebuah buku, dengan sendirinya tidaklah praktis untuk mencetak berbagai macam buku.
Sering disebut orang sumbangan terpenting Gutenberg adalah penemuannya di bidang huruf cetak yang bisa bergerak. Dalam perkara ini pun hal serupa sudah diketemukan di Cina sekitar pertengahan abad ke-11 M oleh seorang bernama Pi Sheng. Huruf-huruf cetak aslinya terbuat dari semacam tanah yang tidak bisa tahan lama. Sementara itu beberapa orang Cina dan Korea sudah melakukan serentetan penyempurnaan dan berhasil baik sebelum Gutenberg. Orang-orang Korea menggunakan huruf cetak metal, dan pemerintah Korea membantu sebuah pabrik peleburan untuk memproduksi huruf cetak di awal abad ke-15 M. Lepas dari semua ini, keliru juga jika menganggap Pi Sheng seorang yang punya pengaruh spesial. Pada tingkat pertama, Eropa tidak belajar huruf cetak bergerak dari Cina melainkan atas kreasinya sendiri. Kedua, mencetak dengan cara huruf cetak bergerak belum pernah digunakan secara umum di Cina sendiri sampai baru-baru ini saja tatkala prosedur percetakan modern mereka pelajari dari Barat.
Ada empat komponen esensial cara percetakan modern. Pertama, huruf cetak yang bergerak, berikut beberapa prosedur penyetelan dan peletakan huruf-huruf yang mapan. Kedua, mesin cetak itu sendiri. Ketiga, tinta yang serasi untuk menghasilkan cetakan. Keempat, bahan semisal kertas untuk mencetaknya. Kertas telah diketemukan di Cina bertahun sebelum mesin cetak oleh Ts’ai Lun dan penggunaannya telah tersebar luas di Eropa sebelum jaman Gutenberg. Itulah unsur satu-satunya dari proses cetak Gutenberg yang sudah siap jadi. Meskipun orang lain pernah melakukan macam-macam pekerjaan terhadap tiap-tiap komponen itu, namun Gutenberg telah berhasil melakukan macam-macam penyempurnaan. Misalnya, dia mengembangkan metal logam campuran untuk huruf cetak; menuangkan cairan logam untuk huruf cetak blok secara tepat dan teliti; minyak tinta cetak serta alat penekan yang diperlukan untuk mencetak.
8. JOHANN GUTENBERG (1400-1468)
Tetapi, sumbangan pikiran Gutenberg secara keseluruhan lebih besar dari siapa pun juga dalam hal penyempurnaan mesin cetak. Arti pentingnya terutama terletak pada keberhasilannya menggabungkan semua unsur mesin cetak menjadi suatu sistem yang efektif dan produktif. Karena itu mesin cetak, berbeda dengan penemuan-penemuan lain sebelumnya, merupakan proses produksi besar-besaran yang utama.
Sepucuk bedil dengan sendirinya jauh lebih efektif ketimbang sebuah busur dan anak panah. Sebuah buku hasil cetakan tak banyak beda dengan sebuah buku hasil tulisan tangan. Kelebihan mesin cetak dengan demikian terletak pada segi produksi besar-besarannya. Apa yang telah dikembangkan oleh Gutenberg bukanlah sebesar sebuah alat atau penemuan akal, dan bukan sekadar serentetan penyempurnaan, melainkan suatu proses produksi lengkap.
Perbendaharaan biografis kita mengenai diri Gutenberg langka sekali, kita hanya tahu dia lahir di Jerman sekitar tahun 1400 M di kota Mainz. Sumbangannya terhadap seni cetak-mencetak terjadi pada pertengahan abad dan pekerjaan terbagusnya –apa yang disebut Injil Gutenberg– dicetak di Mainz sekitar tahun 1454 M. Anehnya, nama Gutenberg tak pernah tercantum dalam buku mana pun, tidak juga dalam Injil Gutenberg, walaupun jelas dia sendiri yang cetak dengan alat penemuannya.
Gutenberg tidak pernah tampak sebagai seorang usahawan; benar-benar dia tidak punya keinginan dapat uang dari hasil penemuannya. Dia sering terlibat dengan dakwaan pengadilan yang mengakibatkan keharusan baginya membayar tebusan dalam bentuk alat-alat perlengkapannya kepada temannya bernama Johann Fust. Gutenberg wafat tahun 1468 di kota Mainz.
Salah satu pengaruh Gutenberg dalam sejarah dunia dapat mendatangkan keuntungan jika kita hubungkan dengan perkembangan di Cina dan Eropa di masa-masa berikutnya. Pada saat Gutenberg lahir, kedua daerah itu hampir sama majunya. Tetapi sesudah Gutenberg menemukan mesin cetak Eropa melesat maju dengan cepatnya, sedangkan Cina –yang masih menggunakan cetak blok– perkembangannya agak lambat. Mungkin berlebihan jika kita bilang perkembangan percetakan satu-satunya faktor yang jadi penyebab perbedaan tingkat kemajuan, tetapi penemuan itu jelas punya arti penting yang tidak bisa disingkirkan.
Juga penting dicatat jika hanya tiga orang dalam daftar buku ini hidup di masa lima abad sebelum Gutenberg sedangkan enam puluh tujuh hidup di masa lima abad sesudah wafatnya Gutenberg. Ini menunjukkan betapa penemuan Gutenberg amat berarti –bahkan bisa disebut suatu penemuan penting– dalam kaitan penarikan pelatuk revolusi kemajuan jaman modern.
Alexander Graham Bell bahkan boleh saja tidak lahir ke dunia tetapi telepon tetap diketemukan pada saat yang sama dalam sejarah. Begitu juga bisa diambil contoh penemuan-penemuan lain, tanpa Gutenberg, penemuan alat cetak modern akan tertunda beberapa generasi, dan diukur dari hebatnya pengaruh yang ditimbulkannya, tak salah lagi Gutenberg dapat kehormatan tercantum dalam daftar urutan buku ini.
JUN28
http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/0/00/Teuku_Umar.png/180px-Teuku_Umar.png
Teuku Umar (Meulaboh, 1854 – Meulaboh, 11 Februari 1899) adalah pahlawan kemerdekaan Indonesia yang memimpin perang gerilya di Aceh semasa Pendudukan Belanda. Ia gugur saat pasukan Belanda melancarkan serangan mendadak di Meulaboh. Jenazahnya dimakamkan di daerah Mugo.
Download Files : Teuku Umar.pdf
JUN27
http://upload.wikimedia.org/wikipedia/id/d/d1/Rinten.gif
Radin Inten II (Lampung, 1834 – Lampung, 5 Oktober 1856) adalah seorang pahlawan nasional Indonesia. Namanya diabadikan sebagai sebuah Bandara Radin Inten II di Lampung.
Berdasarkan penelitian, Radin Inten II gelar Kesuma Ratu masih keturunan Fatahillah yang dikenal sebagai Sunan Gunung Jati dari perkawinannya dengan Putri Sinar Alam, seorang putri dari Minak Raja Jalan Ratu dari Keratuan Pugung, cikal-bakal pemegang kekuasaan di keratuan tersebut.
Radin Inten II adalah putra tunggal Radin Imba II gelar Kesuma Ratu (1828-1834). Radin Imba II sendiri putra sulung Radin Inten I gelar Dalam Kesuma Ratu IV (1751-1828). Dengan demikian, Radin Inten II cucu dari Radin Inten I.
Radin Inten II berjuang memimpin rakyat di daerah Lampung untuk mempertahankan kedaulatan dan keutuhan wilayahnya. Perjuangannya didukung secara luas oleh rakyat daerah Lampung dan mendapatkan bantuan dari daerah lain seperti dari Banten.
Download Files : Radin Inten II.pdf
JUN23
http://tokoh.univpancasila.ac.id/wp-content/uploads/2010/06/alexander_graham_bell-253x300.jpg
Tak seberapa dapat pendidikan formal, tetapi diajar baik oleh keluarganya dan belajar sendiri, begitulah ihwal Alexander Graham Bell penemu tilpun yang dilahirkan tahun 1847 di Edinburg, Skotlandia. Minat Bell memproduksi kembali suara vokal timbul secara wajar karena ayahnya seorang ahli dalam hal fisiologi vokal, memperbaiki pidato dan mengajar orang-orang tuli.
Bell pernah ke Boston, negara bagian Massachusetts tahun 1871. Di sanalah pada tahun 1875 dia membuat percobaan-percobaan yang mengarah pada penemuan tilpun. Dia mengumpulkan paten untuk mengokohkan penemuannya di bulan Februari 1876 dan mendapat imbalan beberapa minggu kemudian. (Menarik sekali untuk dicatat bahwa seorang lain bernama Elisha Gray juga mengumpulkan paten penemuan untuk pengokohan mengenai peralatan serupa pada hari yang berbarengan dengan apa yang diperbuat Bell, hanya selisih beberapa jam saja).
Tak lama sesudah patennya diterima, Bell mempertontonkan tilpun di pameran 100 tahun kota Philadelphia. Penemuannya menarik perhatian besar publik dan mendapat penghargaan atas hasil karyanya. Tetapi, The Western Union Telegraph Company yang menawarkan uang sebesar $100.000 buat penemuan alat itu mengelak membayarnya. Karena itu, Bell dan kawan-kawannya, di bulan Juli 1877, mendirikan perusahaan sendiri, nenek moyang dari American Telephone and Telegraph Company sekarang. Tilpun dengan cepat dan besar-besaran mencapai sukses secara komersial. Sakarang ini AT & T merupakan perusahaan bisnis yang terbesar di dunia.
JUN23
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEioq0ZK9uz8p9Wb8kzKGXKHEB7QUjfbcYVieYjUix5L3g5gDA2WF1lUWICQBtpk3jHuWw7-GomY-hj2WGeAs80Nh21WySJcgpaPApnPJ5SE0aJ-KymtIR4wi8oOS30IXS5mQwBO8Fgyuwl5/s320/Susno-Duadji-dalam.jpegKomjen Pol Drs. Susno Duadji, S.H, M.Sc. (lahir di Pagar Alam, Sumatera Selatan, 1 Juli 1954; umur 55 tahun) adalah mantan Kepala Badan Reserse Kriminal Polri (Kabareskrim Polri) yang menjabat sejak 24 Oktober 2008 hingga 24 November 2009. Sebelumnya, ia menjabat sebagai Wakil Kepala Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) dan Kapolda Jawa Barat.
Susno Duadji merupakan lulusan Akabri Kepolisian dan mengenyam berbagai pendidikan antara lain PTIK, S-1 Hukum, S-2 Manajemen, dan Sespati Polri. Ia juga mendapat kursus dan pelatihan di antaranya Senior Investigator of Crime Course (1988), Hostage Negotiation Course (Antiteror) di Universitas Louisiana AS (2000), Studi Perbandingan Sistem Kriminal di Kuala Lumpur Malaysia (2001), Studi Perbandingan Sistem Polisi di Seoul, Korea Selatan (2003), serta Training Anti Money Laundering Counterpart di Washington, DC, AS.
JUN23
http://lh5.ggpht.com/_ZYbRuXU_2bw/S4aR_fBlAhI/AAAAAAAAAQY/ijCroAn5-2s/s144/174px-Dahlan-iskan.jpg
Dahlan Iskan (lahir tanggal 17 Agustus 1951 di Magetan, Jawa Timur), dalam bukunya Ganti Hati ada cerita menarik tentang tanggal kelahiranya, Dahlan Iskan menuturkan bahwa tanggal tersebut dikarang sendiri oleh pak Dahlan karena pada waktu itu tidak ada catatan kapan dilahirkan dan orang tuanya juga tidak ingat tanggal kelahirannya. Dan kenapa pak Dahlan memilih tanggal 17 Agustus, karena bertepatan dengan tanggal kemerdekaan Indonesia dan supaya mudah diingat.
Dahlan kecil dibesarkan dilingkungan pedesaan dangan serba kekurangan, akan tetapi sangat kental akan suasana religiusnya. Ada cerita menarik yang saya baca pada buku beliau Ganti Hati yang menggambarkan betapa serba kekurangannya beliau ketika waktu kecil. Disitu diceritakan Dahlan kecil hanya memiliki satu celana pendek dan satu baju, tapi masih memiliki satu sarung!. Dan dengan joke-joke pak Dahlan yang segar beliau menceritakan kehebatan dari sarung yang dimiliki. Disini beliau menceritakan bahwa sarung bisa jadi apa saja. Mulai jadi alat ibadah, mencari rezeki, alat hiburan, fashion, kesehatan sampai menjadi alat untuk menakut-nakuti.
JUN23
http://lh5.ggpht.com/_ZYbRuXU_2bw/S4TwUEfUN7I/AAAAAAAAAQM/QHM7HxZLjsE/s144/bibit.jpg
Bibit Samat Rianto mungkin sudah tidak asing lagi ditelinga kita yang mengamati perkembangan politik dan hukum di tanah air. Beliau adalah salah satu pimpinan KPK lembaga paling garang yang ada di tanah air ini. Pada waktu akhir tahun 2009 kemarin beliau bersama Chandra Hamzah terjerat kasus penyuapan yang sama sekali tidak terbukti. Bibit Samat Rianto merupakan seorang yang jujur, penuh pengabdian dan sangat sederhana untuk seukuran Jendral seperti beliau. Negara Indonesia membutuhkan tokoh seperti Bibit Samat Riyanto lebih banyak lagi yang anti suap, anti korupsi dan penuh kesderhanaan. Bagaimana kisah perjalanan hidup beliau, berikut adalah biografinya yang sangat inspiratif dan patut kita teladani.
Bibit Samat Riyanto dari Kuli Tenun Menjadi Pimpinan KPK
Irjen (Purn) Dr. Bibid Samad Rianto, MM lahir pada 3 November 1945 di Kediri – Jawa Timur. Beliau hidup dan dibesarkan dikeluarga sederhana. Orang tuanya bekerja dipasar sebagai tukan jahit, sehingga membuat bibit kecil tidak asing lagi dengan kehidupan pasar, dia sering berkelahi dan menjadikannya layaknya preman pasar.